#Kutipan (Negeri di Ujung Tanduk)

  Kakek Lee menatapku takzim, lantas dia berkata pelan, "Kau tahu, Nak, sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal: suhu dan tekanan tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya. Jika dia bisa bertahan, tidak hancur, dia justru berubah menjadi intan yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal Harganya.
  "Sama halnya dengan kehidupan, seluruh kejadian menyakitkan yang kita alami, semakin dalam dan menyedihkan rasanya, jika kita bisa bertahan, tidak hancur, kita akan tumbuh menjadi seseorang yang berkarakter laksana intan. Keras. Kokoh. Seperti jalan hidupmu, Thomas. Aku tahu dari cerita Lee. Orangtuamu dibakar, masa kanak-kanak dan remajamu penuh kesedihan, dibebani kenangan abu orangtua. Tapi lihatlah, kau menjadi seseorang yang begitu gagah, amat membanggakan.
  "Kau mewarisi seluruh kebijakan hidup yang dimiliki opamu, Thomas. Dia juga pernah mengalami masa-masa sulit pada masa mudanya. Perjalanan dengan kapal nelayan itu, mengungsi dari tanah kelahiran, tidak saja membuatnya menjadi kokoh, mampu bertahan dari kesulitan hidup, tapi lebih dari itu, mebuktikan opamu memiliki hati yang mulia.
  "Kau tahu, Thomas, jarak antara akhir yang baik dan akhir yang buruk dari semua cerita hari ini hanya dipisahkan oleh sesuatu yang kecil saja, yaitu kepedulian. Opamu memilih peduli, maka dengan kesusahan, dengan keterbatasan yang dia miliki, dia tetap memutuskan menolongku yang sakit parah di atas kapal nelayan itu, meskipun itu bisa menyulitkan bahkan membahayakan dirinya sendiri. Dengan kepedulian dia bersedia merawatku siang-malam, berhari-hari. Apa untungnya bagi opamu saat itu? Tidak ada. Tetapi panggilan hatinya membuatnya melakukan semua itu. Enam puluh tahun kemudian, sepotong kejadian tersebut memberikan perbedaan. Kita tidak tahu apa yang terjadi hari ini kalau opamu memilih tidak peduli. Aku sakit keras, sekarat, tidak ada pertolongan berarti hanya soal waktu tubuh dinginku dilempar ke lautan.
  "Begitu juga hidup ini, Thomas. Kepedulian kita hari ini akan memberikan perbedaan berarti pada masa depan. Kecil saja, sepertinya sepele, tapi besar dampaknya pasda masa mendatang. Apalagi jika kepedulian itu besar, seperti yang dilakukan opamu terhadapaku, lebih besar lagi bedanya pada masa mendatang.
  "Selalulah menjadi seperti opamu, Nak. Selalulah menjadi anak muda yang peduli, yang memilih jalan suci penuh kemuliaan. Kau akan menjalani kehidupan ini penuh dengan kehormatan. Kehormatan seorang petarung."(357-359)

  *Belom termasuk cerita Sepuluh Pemburu untuk para bedebah..., sebuah novel yang mempunyai banyak pelajaran didalamnya.

Komentar

Postingan Populer