16.09.2013

Dear Today
16.09.2013

  Hari ini aku kembali pulang ke Jakarta menumpangi kereta commuter line dan ditemani oleh tiga cerita dari buku "Sepotong Hati yang Baru" karya Tere-Liye disepanjang perjalanan dalam rangkaian kereta. Tak seperti biasanya, kali ini aku turun di Stasiun Sawah Besar yang membuatku harus naik Mikrolet M12 menuju Senen terlebih dahulu. Suasana jalan yang cukup macet membuat mikrolet ini berjalan agak lambat. 
  Didalam mobil berwarna biru ini aku melihat suatu kejadian kecil yang biasa terjadi di daerah Ibukota. Yaitu ketika Mikrolet berhenti secara perlahan, tepat sebelum melewati jembatan penyebrangan orang di daerah Pasar Baru kejadian kecil terjadi. 
  Secara tiba-tiba seorang pria keturunan cina kira-kira berumur 50 tahun datang memasuki Mikrolet yang sedang kutumpangi. Sepertinya ia sudah janjian dengan supir dalam percakapannya di ponsel ketika Mikrolet ini sedang melaju, pria tersebut kemudian menagih kepada sang supir untuk memberikan uangnya. Aku dengan penumpang lainnya hanya mendengarkan percakapan tersebut dengan logat bicaranya yang agak sedikit tinggi. Dan setelah agak lama beradu mulut, sang supir mengalah dan memberikan uang 50.000 yang berbentuk recehan untuknya. "Padahal barang yang dijanjikan belum ada dan belum mengejar setoran," gerutu supir tersebut hingga terdengar dengan jelas olehku. Setelah mendapat uang, pria tersebut akhirnya turun meninggalkan Mikrolet. Aku didalam mobil hanya dapat menyaksikan kejadian yang sepertinya sudah sering terjadi di Ibukota Indonesia ini, menurutku hanya ada satu tujuan diantara pria cina dan supir Mikrolet ini yaitu untuk mendapatkan uang sebagai penyambung hidup didunia ini,
  Turun dari Mikrolet aku langsung bergegas berjalan menuju tempat biasanya MetroMini P11 lewat. Tak lama aku menunggu tepat didepan markas Polisi Militer dan di depan halte Hotel Ibis, MetroMini beserta bunyi berisik mesinnya datang. Aku langsung hinggap menuju tempat duduk kosong didalamnya. Tak lama berselang ketika sedang menunggu lampu hijau di perempatan lampu merah menuju Jalan Garuda, supir Metromini yang kutumpangi berjalan di dalam bus untuk merangkap menjadi seorang penagih biaya tarif perjalanan, pekerjaan yang seharusnya tidak dilakukan seorang supir bus karena sudah ada kondektur yang bekerja dan dapat menggangu konsentrasi dalam mengemudi. "Hebat benar supir bus ini," pikirku. Walaupun menganggu konsentrasi mengemudi tapi supir ini tahu bagaimana caranya hari itu bisa mendapatkan uang meski tanpa seeorang kondektur yang membantu. 
  Akhirnya aku turun ditempat biasa untuk berjalan menuju rumah dengan mendapat pelajaran dan pengalaman dalam kehidupan yang butuh kerja keras ini. ~27
  

Komentar

Postingan Populer