Jalan Terbaik

  Keluar dari lintasan pastinya membuat seorang pembalap akan terdahului oleh pembalap lainnya. Inilah perasaan yang pernah ku alami didalam otak dan batinku ketika namaku terpanggil menjadi seorang guru pengabdian. Tugas mulia ini terasa sangat sulit diterima, terasa sangat berat untuk dapat memikul amanah yang diberikan hanya untuk orang-orang terpilih saja. 

  Ketika surat amanah telah kuterima, lalu kubaca dan mendengarkan pengarahan beserta taujih dari syeikh ma'had diriku merasa ada beton besar yang menggantung direlung hati dan aku hanya bisa bertanya-tanya seorang diri, "Mengapa harus aku? Masih banyak yang lebih baik dariku. Berbeda dengan temanku yang  tak terpilih, mereka merasakan kebebasan bisa terlepas dari hal ini hingga melanjutkan ke bangku kuliah.

  Lihatlah bagaimana hati ini bisa menerimanya, banyak temanku yang lebih baik, dan berbagai kelebihan kebaikanya yang lebih unggul dariku. Mereka bisa melanjutkan kuliah setelah wisuda nanti, bisa melepas dahaganya diluar sana, tapi aku masih tetap bertahan disini. Namun seiring waktu berjalan aku perlahan mulai bangkit. Berbagai bentuk motivasi serta dukungan dari teman-temanku terus diberikan kepadaku agar aku bisa menerimanya dan menjalankan tugas amanah ini.

  Kini aku selalu ingin berterima kasih untuk syeikh ma'had yang telah memberikan kesempatan untuk mengajar dima'had tercinta, juga rasa terima kasihku kepada para dewan guru dan juga teman-temanku yang telah meninggalkan ma'had ini maupun yang mengabdi bersamaku. 

 Hingga akhirnya, aku terus berjuang, agar bisa kembali membalap di atas lintasan dalam mendapatkan ilmu yang lebih baik. Mungkin jalan ini menjadi jalan yang terbaik untuk dilewati olehku terlebih dahulu. (~27)

     

Komentar

Postingan Populer